Intip Potensi Cuan Borogondolo, Pohon Langka Penyejuk Pesisir

Minggu, 10 September 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pohon Borogondolo. (Dok. Istimewa)

Pohon Borogondolo. (Dok. Istimewa)

Borogondolo merupakan pohon pantai multiguna langka yang kurang dikenal. Sebelum menjadi punah, ia perlu digali peluang pemanfaatan dan pengembangan secara berkelanjutan dan lestari.

Pohon itu diketahui sebagai pohon tumbuh cepat, memiliki manfaat multiguna, yaitu bermanfaat kayu dan bukan kayu, bermanfaat secara ekonomis maupun ekologis, berpeluang dikembangkan dalam bentuk hutan tanaman industri (HTI) dan dikonservasi di daerah pesisir pantai.

Nama ilmiahnya Hernandia nymphaeifolia (C.Presl) Kubitzki dari famili Hernandiaceae. Dengan beberapa nama lokal antara lain: Hapo-hapo (Sumatera), Binong Laut, Borogondolo, Kampak, Kempis (Sunda), Bengkak, Brendela, Kemiren (Jawa), Kampe, Mata ikan (Manado), Nau ma lako (Halmahera), dan Nyalako (Ternate).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Daerah Persebaran
Daerah persebaran Borogondolo cukup luas mulai dari India hingga Kepulauan Pasifik. Di Indonesia tumbuh alami di daerah pesisir pantai Sumatra hingga Papua, dan di Jawa sepanjang pantai selatan Banten sampai Banyuwangi.

Kendati daerah persebarannya luas, akan tetapi populasi di habitat alaminya tumbuh jarang dan belum menjadi prioritas untuk pengembangan maupun konservasinya mengakibatkan pohon Borogondolo menjadi langka dan masuk dalam Daftar Merah IUCN dengan kategori Least Consern (LC).

Dengan demikian Borogondolo sangat penting menjadi salah satu spesies pohon prioritas dalam pengembangan dan konservasi. Untuk itu perlu adanya upaya sosialisasi melalui pengenalan dan menggali peluang potensi pemanfaatannya.

Karakter Morfologi
Borogondolo berhabitus pohon, bertajuk rindang melebar dan selalu hijau, berakar tunggang dalam, pada pohon besar sering berbanir menjalar. Tinggi total pohon dapat mencapai 27 m, diameter batang pohon besar mencapai 110 cm.

Batang silindris tumbuh lurus, pohon yang tumbuh di garis pantai ada kecenderungan berbatang bengkok atau doyong akibat sering terhantam ombak. Kulit batang berwarna abu kekuningan atau kecokelatan, berlentisel dan mengelupas tipis.

Baca Juga :  Polres Sukabumi Kota Sukses Amankan Konser Musik Iwan Fals, Puluhan Ribu Fans OI Padati Setukpa

Borogondolo berdaun tunggal, kedudukan daun tersebar atau spiral, bertangkai panjang bentuk perisai atau peltatus di mana ujung tangkai melekat hampir mendekati bagian tengah helai daun, panjang tangkai 10 hingga 25 cm.

Helaian daun dengan permukaan licin mengkilap, bentuk menjantung atau bundar telur melebar, berukuran panjang 15 – 30 cm dan lebar 9 – 20 cm, ujung daun meluncip dan pangkal membundar; pertulangan daun menjari 5 atau 7.

Perbungaan majemuk pada ketiak daun, berwarna putih. Buah warna hijau muda, berbentuk bulat mengkotak, diameter 3-4 cm. Buah berbiji satu berwarna coklat atau coklat kehitaman, bentuk bulat telur atau bulat, dengan diameter 1,5 – 2 cm.

Tempat Tumbuh
Habitat alami pohon Borogondolo pada dataran rendah daerah pesisir pantai, tumbuh subur pada tanah liat berpasir, tanah Latosol berpasir atau endapan Aluvial dari laut maupun muara sungai. Toleran terhadap kadar garam tinggi serta terhadap suhu udara pantai antara 250 C hingga 340 C atau bahkan lebih.

Tumbuh beradaptasi dengan baik pada tanah berpasir, miskin hara, serta karang berbatu. Borogondolo termasuk pohon tumbuh cepat, pada tingkat pohon toleran terhadap terik sinar matahari tinggi sedangkan pada tingkat anakan membutuhkan naungan. Permudaan tingkat anakan di habitatnya cukup banyak, tumbuh bergerombol di bawah pohon induk dan berpotensi sebagai sumber bibit.

Pohon Borogondolo. (Dok. Istimewa)

Pemanfaatan
Borogondolo pohon multiguna memiliki potensi pemanfaatan secara ekonomis maupun ekologis, hampir semua organ tumbuhan mulai dari akar hingga daun memiliki manfaat. Pemanfaatan secara ekonomis terutama dari kayu dan biji, sebagai bahan baku pada industri rumahan (home industry) atau industri kerajinan.

Baca Juga :  Dinilai Terapkan K3 Komprehensif, Puluhan Korporasi Raih Penghargaan ISEA 2023

Kayu berwarna keputihan, bersifat ringan dengan berat jenis 0,36 dimanfaatkan untuk bahan alas selop atau sandal, kipas tangan, perabot rumah tangga, batang alat pancing ikan, asesoris perahu, papan gambar, selain itu digunakan untuk kayu bakar.

Biji setelah dipernis dan diuntai menjadi perhiasan kalung eksotik, cukup laku dijual di tempat wisata. Biji mengandung sekitar 51% minyak lemak kental warna kuning dimanfaatkan untuk lampu atau lilin, berpotensi sebagai bahan energi alternatif (biofuel).

Pemanfaatan bukan kayu, untuk obat tradisional khususnya dilakukan oleh generasi tua. Akar dan pinang dikunyah sebagai penawar racun alergi makan udang atau kepiting, remasan inti batang dekat akar dicampur dengan gambir dan air mawar untuk pengobatan muntah darah.

Kemudian remasan daun dicampur dengan air mandi dapat menyembuhkan sakit kepala pada anak, tumbukan daun dan biji dioleskan pada kepala dan seluruh badan dapat mengobati sakit pening dan masuk angin, daun dan buah digunakan sebagai obat pencahar.

Pada habitat alaminya, pohon Borogondolo memberikan manfaat ekologis seperti berkontribusi sebagai sumber pakan bagi satwa liar dan lebah, tegakan pohon bertajuk lebar berfungsi penahan angin laut dan memberikan suasana teduh daerah pesisir pantai, perakaran tunggang yang dalam mampu menahan ombak atau tsunami.

Peluang Pengembangan
Atas dasar sifat tumbuh dan pemanfaatan, Borogondolo memiliki peluang dikembangkan sebagai spesies andalan setempat untuk rehabilitasi dan konservasi, dibudidayakan sebagai pemasok kayu maupun biji pada industri perkayuan atau biofuel, dibudidayakan sebagai sumber bahan obat dan nektar lebah madu.

Pengembangan pohon Borogondolo untuk rehabilitasi dan konservasi daerah pesisir pantai, dapat melestarikan spesies dan ekosistemnya. Tegakan pohon melindungi pantai dari abrasi maupun tsunami, tercipta suasana daerah pesisir pantai yang hijau, teduh dan sejuk, melestarikan spesies langka, tempat berlindung dan sumber pakan bagi satwa maupun serangga termasuk lebah.

Baca Juga :  Wali Kota di Honduras Selundupkan 90 Ton Kokain ke AS

Berpeluang sebagai pemasok bahan baku kayu maupun biji berkelanjutan dan lestari, serta dapat dikelola dalam bentuk HTI daerah pesisir. Pertumbuhan cepat dengan perbungaan dan perbuahan terjadi sepanjang tahun, mudah dikembangbiakan melalui biji, sangat mendukung upaya pengelolaan HTI.

Pohon berdiameter batang besar dan silindris lurus, dengan sifat kayu ringan berwarna putih, melalui proses pengawetan dan proses kekuatan berpeluang sebagai pemasok industri perkayuan maupun mebel minimalis masa kini.

Biji sebagai bahan pemasok industri kerajinan, dan adanya perkembangan teknologi menjanjikan sebagai sumber energi terbarukan (biodiesel). Perbungaan sepanjang tahun, potensial sebagai sumber nektar untuk budidaya lebah madu.

Masyarakat sekitar kawasan habitat Borogondolo memanfaatkan akar, daun dan biji untuk pengobatan tradisional. Pada masa mendatang dengan kemajuan hasil penelitian dan teknologi, kandungan fitokimianya berpotensi sebagai obat komersial.

Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa kandungan alkaloid dan lignin yang diisolasi dari kulit batang Borogondolo menunjukkan aktivitas sitoksisitas terhadap sel kanker darah, sel kanker paru dan sel kanker usus.

Pengelolaan sebagai pemasok bahan obat berkelanjutan dan lestari, dapat dilakukan melalui pembangunan HTI. Dalam hal ini, hutan tanaman secara ekonomis berpeluang sebagai penyedia kayu, biji, nektar bunga dan bahan obat.

Borogondolo layak direkomendasikan sebagai spesies andalan setempat, menjadi salah satu spesies prioritas dalam pengembangan, rehabilitasi dan konservasi. Kajian ilmiah dari berbagai aspek diperlukan untuk mendukung keberhasilan upaya tersebut.

Penulis : Marfuah Wardani

Berita Terkait

Ancaman Capres Di Dunia Digital
Industri Pertahanan Pada Perencanaan Strategis Pasca 2024
Merdeka dari Kepungan Polusi Udara
Nyawa Melayang di Pelintasan Tak Berpalang
Vonis Sambo dan Keadilan Masyarakat
Pemuda, Media Sosial, dan Pemilu 2024
Berita ini 32 kali dibaca
Marfuah Wardani merupakan peneliti bidang botani hutan dengan riwayat pendidikan (S2) lulus tahun 1996 di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Fakultas Pascasarjana, Program Studi Ilmu Pertanian, Jurusan Ilmu Kehutanan. Pendidikan S1 diperoleh juga di UGM pada Fakultas Biologi angkatan 1977 dan lulus tahun 1982. Karier peneliti botani hutan dijalani selama 39 tahun, dan selama 38 tahun mengabdi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selanjutnya mulai April 2022 hijrah sebagai peneliti di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN. Jabatan fungsional pada saat ini Peneliti Ahli Utama.

Berita Terkait

Minggu, 10 September 2023 - 09:05 WIB

Intip Potensi Cuan Borogondolo, Pohon Langka Penyejuk Pesisir

Minggu, 3 September 2023 - 06:44 WIB

Ancaman Capres Di Dunia Digital

Senin, 28 Agustus 2023 - 03:02 WIB

Industri Pertahanan Pada Perencanaan Strategis Pasca 2024

Rabu, 23 Agustus 2023 - 09:17 WIB

Merdeka dari Kepungan Polusi Udara

Selasa, 22 Agustus 2023 - 07:56 WIB

Nyawa Melayang di Pelintasan Tak Berpalang

Selasa, 22 Agustus 2023 - 07:47 WIB

Vonis Sambo dan Keadilan Masyarakat

Senin, 21 Agustus 2023 - 21:41 WIB

Pemuda, Media Sosial, dan Pemilu 2024

Berita Terbaru