JAKARTA – Menjelang akhir tahun 2022, investor asing tercatat melakukan switching investasi dari pasar saham ke pasar obligasi. Langkah ini dinilai para analis sebagai antisipasi resesi global.
Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee mengutarakan, pada awal tahun 2022 asing sempat keluar dari pasar obligasi atau bond dan mencatatkan inflow pada pasar saham dengan jumlah berkisar pada Rp 70 triliun dan Rp 80 triliun. Sementara, outflow pada pasar bond tercatat cukup besar hingga Rp 160 triliun.
“Ini yang menyebabkan rupiah kita melemah karena ada outflow atau aliran dana keluat,” jelas Hans Kwee kepada Investor Daily, di Jakarta, Rabu (28/12/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menambahkan, penurunan rupiah tidak menyebabkan yield bond itu melemah banyak lantaran kepemilikan asing pada bond tidak terlalu signifikan. Untuk diketahui, selama 2022 SBN didominasi oleh Bank Indonesia (BI) dan juga institusi lokal.
Hans mengatakan, menjelang akhir tahun 2022, hal ini bergeser, salah satunya investor asing yang tercatat melakukan outflow pada pasar saham dan beralih membeli obligasi atau SBN
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, non-residen atau investor asing mencatatkan beli pada pasar SBN tercatat sejak 22 Desember 2022 sebanyak Rp 128,66 triliun dan beli neto Rp 63,52 triliun di pasar saham.
Sementara itu berdasarkan data RTI, Asing tercatat melakukan penjualan pada pasar saham sebesar Rp 17,99 triliun Year To Date (YTD).
Menurut Hans, ada beberapa hal yang melandasi perpindahan investasi yang dilakukan oleh investor asing ini. Pertama yakni sering dengan keputusan dari The Fed untuk menahan kenaikan suku bunga, sehingga para investor asing memutuskan untuk kembali berinvestasi pada pasar obligasi yang beresiko.
Selain itu, keputusan ini didukung oleh risiko resesi yang dikhawatirkan terjadi pada tahun depan yang akan menjadi kendala bagi para emiten tercatat untuk mencetak laba.
“Apabila resesi terjadi terutama pada Amerika dan Eropa biasanya akan berdampak pada menurunya laba dari korporasi yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Soal IHSG, Hans mengatakan, santa claus rally dan window dressing tidak terjadi lantaran sudah memasuki masa liburan akhir tahun. Di sisi lain pembukaan ekonomi dari Tiongkok membuat para investor asing melakukan rebalancing portofolio. IHSG Diproyeksikan mampu ditutup pada level 6,800 hingga 6,900.
“Sejalan dengan resiko-resiko yang sebelumnya telah disebutkan, maka pasar obligasi akan lebih menarik pada tahun depan,” kata dia.